Oleh Ari Hidayat pada 9 November 2011 pukul 14:13, di Catatan Facebook
Pada akhir 90-an saya bersama sejumlah wartawan yang bertugas di ibu
kota diundang Dephankam untuk ber-presstour (wisata jurnalistik) ke
daerah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Timur. Rombongan kami
yg dipimpin Letkol (TNI) Oma Rubama bertolak dari Bandara Soekarno
Hatta menuju Sepinggan Balikpapan. Kami menginap semalam di Balikpapan
dan esoknya memakai bus tentara kami melaju menuju Samarinda. Di kota
ini pun kami bermalam dan perjalanan selanjutnya melintasi kota dan kota
di Kaltim hingga tiba di Kab Nunukan. Dari Nunukan menumpang speedboat
kami menyebrangi lautan menuju P Sebatik, Kaltim. Pulau Sebatik ini
adalah sebuah daerah yang berbatasan dengan Malaysia. Di salah satu
desa/kampung di sini ada patok batu/semen sebagai tanda atau batas kedua
negara jiran itu.
Di P Sebatik kami sempat mengamati
kehidupan warga Indonesia dan berbincang-bincang dengan aparat, tokoh
masyarakat dan warga setempat. Uniknya di sini barang-barang kebutuhan
sehari-hari termasuk mie instan, susu kaleng dll nyaris semuanya produk
atau bikinan Malaysia. Hingga mata uang yang beredar pun adalah ringgit
Malaysia. Siaran televisi pun yang ditangkap lewat parabola adalah TV-TV
negeri jiran. Di dekat patok di pulau itu melintas sebuah sungai dan
sebuah jembatan kayu membentang di atasnya. Kebanyakan warga bekerja di
Malaysia dan melintas lewat jembatan menyeberangi sungai untuk
selanjutnya dengan speedboat menuju Malaysia.
Seorang teman
dari Surabaya Post menuliskan laporannya dengan menarik berjudul,
"Membeli Pisang dengan Ringgit". Ada satu kejadian menarik saat kami
mencoba melintasi jembatan yag setelah itu sudah masuk ke wilayah
Malaysia dari sebalik pepohonan pisang kami dikejutkan oleh kedatangan
seseorang bercelana kanvas hitam panjang, kaos oblong putih dan
tangannya menenteng senapan laras panjang M-16. Ternyata di adalah
anggota Polisi Diraja Malaysia. Saya sempat menjelaskan siapa dan maksud
kami ada di situ. Saya lupa kami sempat melemparkan joke-joke buat
mencairkan suasana dan saya pun sempat mengambil gambar (foto) dia
bersama teman-teman anggota rombongan lainnya.
Menariknya, di
era multimedia kini saya mendengar kabar bahwa sebuah institusi bekerja
sama dengan angkatan laut kita (TNI-AL) sempat membangun jaringan
internet untuk warga di perbatasan kita agar mereka lebih mengenal
dengan kehidupan di Indonesia lengkap dengan tempat-tempat lain di
Nusantara. Ini sebagai langkah yang baik, bagaimana pun warga daerah
perbatasan dengan segala kendala untuk memeroleh informasi dari media
konvensional dapat lebih mudah mengakses informasi lewat media baru (Ari
Hidayat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar