Entri yang Diunggulkan

Di Sebuah Ranah

Saya menamainya   ranah   atau wilayah dalam arti seluas-luasnya di mana kebenaran dipersoalkan. Kebenaran dari yang mempersoalkan adalah k...

Jumat, 29 Juni 2012

Sekilas Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia


Oleh Ari Hidayat pada 9 November 2011 pukul 14:13, di Catatan Facebook

    Pada akhir 90-an saya bersama sejumlah wartawan yang bertugas di ibu kota diundang Dephankam untuk ber-presstour (wisata jurnalistik) ke daerah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Timur. Rombongan kami yg dipimpin Letkol (TNI) Oma Rubama bertolak dari Bandara Soekarno Hatta menuju Sepinggan Balikpapan. Kami  menginap semalam di Balikpapan dan esoknya memakai bus tentara kami melaju menuju Samarinda. Di kota ini pun kami bermalam dan perjalanan selanjutnya melintasi kota dan kota di Kaltim hingga tiba di Kab Nunukan. Dari Nunukan menumpang speedboat kami menyebrangi lautan menuju P Sebatik, Kaltim. Pulau Sebatik ini adalah sebuah daerah yang berbatasan dengan Malaysia. Di salah satu desa/kampung di sini ada patok batu/semen sebagai tanda atau batas kedua negara jiran itu.
     Di P Sebatik kami sempat mengamati kehidupan warga Indonesia dan berbincang-bincang dengan aparat, tokoh masyarakat dan warga setempat. Uniknya di sini barang-barang kebutuhan sehari-hari termasuk mie instan, susu kaleng dll nyaris semuanya produk atau bikinan Malaysia. Hingga mata uang yang beredar pun adalah ringgit Malaysia. Siaran televisi pun yang ditangkap lewat parabola adalah TV-TV negeri jiran. Di dekat patok di pulau itu  melintas sebuah sungai dan sebuah jembatan kayu membentang di atasnya. Kebanyakan warga bekerja di Malaysia dan melintas lewat jembatan menyeberangi sungai untuk selanjutnya dengan speedboat menuju Malaysia.
    Seorang teman dari Surabaya Post menuliskan laporannya dengan menarik berjudul, "Membeli Pisang dengan Ringgit". Ada satu kejadian menarik saat kami mencoba melintasi jembatan yag setelah itu sudah masuk ke wilayah Malaysia dari sebalik pepohonan pisang kami dikejutkan oleh kedatangan seseorang bercelana kanvas hitam panjang, kaos oblong putih dan tangannya menenteng senapan laras panjang M-16. Ternyata di adalah anggota Polisi Diraja Malaysia. Saya sempat menjelaskan siapa dan maksud kami ada di situ. Saya lupa kami sempat melemparkan joke-joke buat mencairkan suasana dan saya pun sempat mengambil gambar (foto) dia bersama teman-teman anggota rombongan lainnya.
     Menariknya, di era multimedia kini saya mendengar kabar bahwa sebuah institusi bekerja sama dengan angkatan laut kita (TNI-AL) sempat membangun jaringan internet untuk warga di perbatasan kita agar mereka lebih mengenal dengan kehidupan di Indonesia lengkap dengan tempat-tempat lain di Nusantara. Ini sebagai langkah yang baik, bagaimana pun warga daerah perbatasan dengan segala kendala untuk memeroleh informasi dari media konvensional dapat lebih mudah mengakses informasi lewat media baru (Ari Hidayat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar