Entri yang Diunggulkan

Di Sebuah Ranah

Saya menamainya   ranah   atau wilayah dalam arti seluas-luasnya di mana kebenaran dipersoalkan. Kebenaran dari yang mempersoalkan adalah k...

Senin, 30 Juli 2012

Keunikan Kata


       Dan ada sejumlah kata-kata yang ternyata sempat membuat saya agak ragu untuk menuliskannya. Selain kata-kata serapan dari bahasa Arab yang nampaknya setiap media atau sejumlah media berbeda menyerap lantas menuliskannya juga begitu dengan sejumlah kata serapan bahasa asing lainnya. Ada media yang tetap berpedoman pada panduan  lama semisal shalat dituliskan shalat, mushala diserap jadi mushala, ramadhan tetap dituliskan ramadhan. Tapi, terdapat pula media massa yang menuliskan dengan shalat menjadi salat, musala, Ramadan (Lihat esai saya, Memaknai Pluralitas Bahasa Media yang juga diposting di blog saya ini).
         Untuk kata-kata seperti itu biasanya saya memutuskan  menulis menurut keyakinan saya saja. Dalam makna lain yang saya anggap “benar”. Sepertinya belum lama ini sejumlah praktisi media seperti yang saya baca di sebuah media online sempat mengadakan pertemuan dengan bahasan tentang berbeda-bedanya bahasa media  kita.
         Sedangkan kata serapan dari bahasa asing lainnya seamsal,  pemakaian kata profesionalisme dan profesionalitas yang bermakna mirip . Keduanya merupakan kata bentukan dari kata dasar profesi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)  edisi ketiga, menyebutkan profesi berarti : bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan, keahlian ( keterampilan, kejuruan, dsb) tertentu. Profesional adalah kata sifat yang bisa berarti: 1 bersangkutan dengan profesi;  2 memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, contohnya, ia seorang juru masak-- ; 3 mengharuskan pembayaran untuk melakukannya (lawan amatir) misalnya,  pertandingan tinju --
        Profesionalisme adalah kata benda yang bermakna: mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Profesionalitas juga kata benda yang berarti: perihal profesi, keprofesian; kemampuan untuk bertindak secara profesional. Contohnya, -- perusahaan ini perlu ditingkatkan dalam waktu belakangan ini. Sebenarnya, profesionalisme dan profesionalitas mengandung pengertian yang sama, yakni kemampuan penyandang suatu profesi untuk bertindak profesional . Dalam  Kamus Indonesia-Inggris karya John M. Echols dan Hassan Sadily dituliskan, profesionalisme dalam bahasa Inggris adalah professionalism yang bermakna keprofesionalan (profesionalitas).
        Kalau artinya serupa kenapa mesti diberikan pengertian masing-masing yang sesungguhnya akan membingungkan dalam pemakaian kata-kata bentukan itu? Maksud saya kelirukah bila saya memakai kata profesionalitas untuk yang orang kerap pula menuliskannya profesionalisme? Dalam bahasa Inggris itu sendiri- seperti  Kamus Kata Serapan yang disusun Surawan Martinus- menyebutkan, profesionalisme itu berasal dari bahasa Inggris, professionalism (kata professional ditambah -ism sebagai pembentuk kata benda) yang dalam bahasa Indonesia menjadi -isme.
       Uniknya kata serapan semacam itu yang memakai pembentuk kata atau akhiran (suffix)  -isme itu biasa pula untuk membentuk kata benda yang berarti paham dan aliran-aliran. Paham di sini misalnya nasionalism menjadi nasionalisme (paham kebangsaan atau kecintaan kepada tanah air), sistem ekonomi kapitalisme (dari bahasa Inggris capitalism,  yang berarti sistem ekonomi yang menganut paham kapitalis atau memihak kepada kepentingan pemodal), liberalisme (dari liberalism yakni paham liberal atau kebebasan), dsb. Begitu pula untuk -ism dalam bahasa Inggris menjadi isme dalam bahasa Indonesia untuk membentuk kata yang bermakna aliran-aliran. Misalnya, aliran-aliran dalam sastra diantaranya ekspresionisme (dari bahasa Inggris, expressionism), realisme, idealisme, dsb.
       Bila kita telaah lebih jauh terkadang ada pula pola yang sejenis seperti munculnya istilah formalisme (bahasa Inggris, formalism) padahal ada bentuk formality yang diindonesiakan, formalitas. Pluralisme (bahasa Inggris, pluralism) sejatinya plurality yang diterjemahkan menjadi pluralitas atau kemajemukan. Sering pula istilah imperialism (bahasa Inggris) dipakai untuk pengertian imperialisasi (penjajahan). Dalam kalimat saya contohkan:
      “Tuntutan barat bahwa pluralisme dapat dilaksanakan secara universal dan bahwa kebebasan menyatakan pendapat merupakan hak asasi, ditolak sebagai tidak relevan dan bentuk terburuk dari imperialisme kebudayaan.”
        Pluralisme di sini bermakna kemajemukan (pluralitas) dan imperialisme maknanya penjajahan (imperialisasi). Kenapa tidak kedua istilah terakhir itu yang dipakai?
        Berikutnya saya tuliskan sebuah contoh kalimat:
       “Sudah saatnya perusahaan ini meningkatkan profesionalitas untuk menanggapi banyaknya pengaduan dan keluhan dari pelanggan.”
         Meningkatkan profesionalitas di sini tentunya sudah termasuk peningkatan mutu kalangan profesional di perusahaan  itu untuk bertindak secara lebih berkualitas sesuai keahlian mereka (bertindak profesional) . Dengan begitu, tidak perlu hingga membentuk kata bentukan profesionalisme segala hanya untuk menunjukkan kualitas tindak tanduk seseorang yang merupakan ciri suatu profesi orang yang profesional. Frasa meningkatkan profesionalitas juga sudah berarti profesionalisasi (proses menuju kualitas profesi tertentu menjadi lebih baik dan lebih memuaskan dalam pelayanannya). Sehingga,   tidak perlu repot-repot membuat definisi baru tentang profesionalisasi.
        Kita bandingkan dengan kata jurnalisme (bahasa Inggris, journalism) keadaannya sama saja.  Menurut KBBI, jurnalisme adalah pekerjaan mengumpulkan, menulis, mengedit, dan menerbitkan berita di surat kabar dsb; kewartawanan. Sedangkan jurnalistik yaitu menyangkut kewartawanan dan persuratkabaran.  Dalam kenyataannya kedua kata itu berarti sama. Asep Syamsul M. Romli dalam pengantar bukunya, Jurnalistik Praktis untuk Pemula (2006) mengatakan jurnalistik (kewartawanan) adalah aktivitas pencarian, penulisan, dan penyebarluasan informasi atau berita.
        Begitu pula  sepertinya tidak lazim bila istilah jurnalisme dipakai untuk mengganti katakanlah, sebuah program studi (jurusan) yakni jurnalistik di fakultas tertentu seperti Fakultas Ilmu Komunikasi dengan perkataan jurnalisme. Contoh dalam kalimat: 
       “Penulis artikel Media Massa Teknologi Baru di majalah kampus edisi terbaru adalah Fulan, mahasiswa Jurusan Jurnalisme, Fakultas Ilmu Komunikasi, Institut Indonesia Satu.”
       Tentu lebih cocok menyebutkan mahasiswa jurnalistik.
       Meskipun kini, istilah yang sering dipakai adalah yang pertama. Misalnya, pada era multimedia sekarang,  muncul media massa baru sebagai media alternatif seperti cyber journalism (jurnalisme internet) yang sebetulnya sama saja dengan jurnalistik internet. Begitu pula dengan istilah citizen journalism (jurnalisme/jurnalistik warga). Akhirnya, kenapa tak ada bentuk baku yang menunjukkan konsistensi dan berlaku  umum dalam pemakaian dan penyerapan sejumlah peristilahan itu? (Ari Hidayat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar