Komunikasi politik kini tidak hanya dilakukan lewat cara-cara
konvensional seperti pertemuan langsung atau politisi berbicara kepada media
massa (pers) dan pers menyampaikan kepada publik, tapi juga menggunakan cara-cara
baru baik lewat saluran media massa konvensional (pers cetak dan elektronik) maupun media berbasis teknologi internet (lewat
blog dan laman/situs/website). Sering saat pesta demokrasi sebagai bagian dari
aktivitas politik para kandidat menggunakan bentuk baru komunikasi politik untuk
promosi diri, sosialiasasi program, dan kampanye.
Dalam perspektif politik,
komunikasi (politik) berperan sangat strategis. Sebab, kegiatan itu sebagai
media untuk menyampaikan pesan-pesan politik terutama program-program kepada
khalayak. Karena politik lebih banyak bersentuhan dengan massa
(publik), maka komunikasi politik
biasanya menggunakan paradigma komunikasi massa .
Komunikasi massa (Schram, 1971) dalam Wuryanto
diartikan sebagai jenis komunikasi yang menggunakan media massa untuk pesan-pesan yang disampaikannya.
Terdiri atas bagaian-bagian narasumber
(komunikator), media, penerima pesan (komunikan, audience). Massa
berpengertian orang banyak, tapi mereka tidak harus berada di satu tempat
tertentu yang sama. Mereka dapat tersebar di berbagai lokasi yang pada waktu
yang sama atau hampir bersamaan dapat memeroleh pesan-pesan komunikasi yang
sama. Massa di
sini meliputi semua lapisan masyarakat dalam tingkat umur, pendidikan,
keyakinan, dan sosial tertentu. Tentunya yang terjangkau media massa .
Elemen-elemen komunikasi massa
adalah unsur-unsur (sources), pesan (message), saluran (channel), dan penerima (receiver),
serta efek (effect). Selanjutnya,
Harorld D Lasswell memormulasikannya menjadi, who says what in which channel to whom and with what effect?
Sedangkan karakteristik pesan-pesan komunikasi massa
yakni, publicly (bersifat terbuka
untuk umum/publik), rapid ( dirancang
untuk mencapai audiens luas dalam tempo singkat dan simultan serta dibuat
secara massal), dan transient (pesan-pesan
komunikasi massa
umumnya dibuat untuk kebutuhan segera , dikonsumsi “sekali pakai”, dan bukan
untuk tujuan yang permanen).
Komunikasi massa dalam konteks politik sekarang
nampaknya mengalami transformasi mendasar seiring kemajuan teknologi komunikasi
dan informasi. Pemanfaatan produk-produk teknologi komunikasi informasi itu,
seperti telepon seluler (ponsel) dan internet menjadi efektif. Kita bisa
melihat saat pemilihan umum (pemilu) sampai pemilu kepala daerah (pemilukada)
ada calon yang meminta dukungan via pesan singkat (SMS). Juga untuk promosi,
sosialiasi, dan berkampanye lewat ponsel. Sedangkan efektivitas dan efisiensi
saat pesta demokrasi dilihat dari penggunaan blog dan laman (website/situs) di
internet. Kabarnya kemenangan Presiden
Amerika Serikat (AS), Barack Obama pun
salah satunya karena adanya kampanye lewat internet. Di kita pun ada pula
pejabat publik dan anggota dewan yang memenfaatkan internet buat komunikasi
politik mereka.
Di luar metode komunikasi politik via internet, di kita juga (dalam
media cetak, khususnya surat kabar) ada fenomena kepala daerah yang
berinteraktif dengan rakyat dalam bentuk
tanya jawab - biasanya via SMS. Keadaan ini sangat bagus karena menyangkut
akuntabilitas pemerintahan dan sebagai upaya pemerintah guna menjaring informasi dari rakyat dengan setumpuk
persoalan mereka. Meski lewat surat
kabar, nampaknya ada kedekatan emosional antara komunikator (pejabat
pemerintahan) dan audiens (rakyat). Bahkan kita bisa membaca komunikasi seperti
itu terkesan bebas dengan pertanyaan-pertanyaan (kritikan) yang bisa memerahkan
kuping pejabat bersangkutan.
Pemerintah daerah (Pemda) termasuk
instansi-instansi, dan lembaga-lembaganya banyak pula yang membuat website
sampai membikin akun situs jejaring sosial Facebook segala. Tak hanya di kita
di luar negeri pun, Presiden Iran Ahmadinejad dulu punya blog. Dalam tampilan
weblog yang mulai aktif 13 Agustus 2006 itu kita bisa berkirim salam dengan
sang presiden melalui shoutbox situs beralamat www.ahmadinejad.ir. Blog ini berpilihan
bahasa Inggris, Perancis, dan Arab ini juga mencantumkan online polling. Polling pertama berisi mengapa AS dan Israel menyerang Lebanon ( Ari Hidayat, sempat bergiat di Forum Diskusi Wartawan Politik (FDWP), Jakarta, 1994-1997 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar