Entri yang Diunggulkan

Di Sebuah Ranah

Saya menamainya   ranah   atau wilayah dalam arti seluas-luasnya di mana kebenaran dipersoalkan. Kebenaran dari yang mempersoalkan adalah k...

Jumat, 07 Desember 2012

Kolaborasi dalam Menulis Novel


     Nampaknya menulis fiksi seperti novel yang ditulis oleh lebih dari seorang penulis masih tergolong langka dan baru. Kita sudah terbiasa membaca buku kumpulan puisi atau cerpen yang isinya terdiri atas sekumpulan karya-karya dari sejumlah penyair dan cerpenis. Tapi, ini sebuah novel yang biasanya cerita fiksi itu ditulis oleh seorang penulis, namun dikerjakan oleh lebih dari seorang penulis.
      Sebagai contoh setahun lalu (2011) terbit novel seperti itu yang berjudul Sengatan Sang Kumbang. Novel ini diterbitkan Teras Budaya  Jakarta. Ada 11 penulis yang terlibat dalam penulisan novel ini. Mereka adalah: Dewi Yanthi Razalie (sebagai penggagas, yang merangkap koordinator dan editor), Ariana Pegg, Ari Kinoysan Wulandari, Raya Henri Batubara, Fanny J. Poyk, Dianing Widya Yudhistira, Eva Budiastuti, Ris Prasetyo, Bamby Cahyadi, Hany Iskadarwati, dan Tiara Widjanarko.
      Satrio Arismunandar dalam blognya NetSains mengatakan masing-masing menulis satu bab, kecuali Dewi Yanthi Razalie yang menulis dua bab, yakni bab pertama dan bab terakhir. Dalam menulis, setiap pengarang diberi keleluasaan untuk berkreasi sesukanya di bab yang menjadi tanggung jawabnya. Meski, tentu saja mereka harus saling berkoordinasi, agar terdapat kesinambungan dalam nama dan karakter tokoh-tokohnya.
     Kata Satrio yang menarik, ketika membaca novel ini, kita tidak merasa bahwa novel ini ditulis oleh 11 pengarang, karena alur ceritanya sangat mulus mengalir. Relatif tidak terasa adanya ganjalan atau perbedaan dalam gaya penulisan maupun teknik bercerita, dari bab satu ke bab yang lain. Sehingga, seolah-olah seluruh bagian dalam novel ini ditulis oleh satu pengarang yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar