Nampaknya menulis fiksi seperti novel
yang ditulis oleh lebih dari seorang penulis masih tergolong langka dan baru.
Kita sudah terbiasa membaca buku kumpulan puisi atau cerpen yang isinya terdiri
atas sekumpulan karya-karya dari sejumlah penyair dan cerpenis. Tapi, ini
sebuah novel yang biasanya cerita fiksi itu ditulis oleh seorang penulis, namun
dikerjakan oleh lebih dari seorang penulis.
Sebagai contoh setahun lalu (2011) terbit
novel seperti itu yang berjudul Sengatan
Sang Kumbang. Novel ini diterbitkan Teras Budaya Jakarta.
Ada 11 penulis yang terlibat dalam penulisan novel ini. Mereka adalah: Dewi
Yanthi Razalie (sebagai penggagas, yang merangkap koordinator dan editor),
Ariana Pegg, Ari Kinoysan Wulandari, Raya Henri Batubara, Fanny J. Poyk,
Dianing Widya Yudhistira, Eva Budiastuti, Ris Prasetyo, Bamby Cahyadi, Hany
Iskadarwati, dan Tiara Widjanarko.
Satrio
Arismunandar dalam blognya NetSains mengatakan masing-masing menulis satu bab,
kecuali Dewi Yanthi Razalie yang menulis dua bab, yakni bab pertama dan bab
terakhir. Dalam menulis, setiap pengarang diberi keleluasaan untuk berkreasi
sesukanya di bab yang menjadi tanggung jawabnya. Meski, tentu saja mereka harus
saling berkoordinasi, agar terdapat kesinambungan dalam nama dan karakter
tokoh-tokohnya.
Kata Satrio yang
menarik, ketika membaca novel ini, kita tidak merasa bahwa novel ini ditulis
oleh 11 pengarang, karena alur ceritanya sangat mulus mengalir. Relatif tidak
terasa adanya ganjalan atau perbedaan dalam gaya penulisan maupun teknik
bercerita, dari bab satu ke bab yang lain. Sehingga, seolah-olah seluruh bagian
dalam novel ini ditulis oleh satu pengarang yang sama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar