Sempat
kugadaikan harapan pada gelisah meragu
di ujung malam. Yang harus kutebus nanti dengan
setumpuk pembuktian. Bahwa harapan itu masih
ada. Ia belum mati. Seperti mentari yang menggulung
gelap jadi terang. Meski harapan itu mungkin
kini masih tertidur. Aku yakin,
matahari yang setia
muncul tiap pagi akan membangunkannya. Aku pun
terjaga menyambutnya. Aku harus bangun. Dengan
memetik senyuman ibunda dalam kesibukannya di
pagi hari dan langkah-langkah doa bapak selepas subuh
yang berterbangan ke angkasa. Kusiapkan
tinta keringat,
untuk menulisi halaman demi
halaman buku usiaku,
sebelum lembar terakhir, tamat nanti
2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar