Pemburu Kenangan
Saat senja turun, kabar yang dibawa angin pun
tentang itu-itu saja. Ingin kudengar cerita lain,
tapi kata-katamu serupa satu wajah waktu itu saja
kupungut sejumput kata lain dan ternyata ia
berjalan ke depan
2011
2011
Kepada Kawan
Cukup sudah kau eja masa lalumu beserta sekalian
daun-daun pahit kehidupan yang kau kunyah,
boleh jadi obat buatmu. Dan jalan-jalan berbatu
beserta kabut menghadang yang boleh jadi kau retas
dan dedah tanpa kau sadari. Tak
perlu kau mabuk
dalam
sesal lalu. Kau punya mampu, berbuatlah
sesuatu
2011
Ketika Dia Datang
Lagi
Seorang bapak hendak memetik sekuntum bintang
dari tangkainya dan menghadiahkannya buat ulang
tahun anaknya yang masih mungil
ia mengambil busur beserta anak
panahnya dan
menungggang kuda ke hutan berburu bintang
lima tahun kemudian ia baru pulang. Di rumahnya
disambut setangkai janur kuning dan di pelaminan
Istrinya berdampingan dengan seorang lelaki
2011
Ketika Banjir Itu
Datang
Ketika
kau datang seperti banjir ke ruangku
merah nyala hatiku ingin
menepismu
tapi di luap airmu kulihat ranting-ranting,
daun-daun segar seperti yang tumbuh di
halaman rumahku
kutanggalkan buku kebijaksanaan yang kubaca,
sebab sepertinya kebijakan hanyalah mencoba
memahami kedatangan derasmu sambil memberi
jalan alir genangmu dengan tangan berkeringat juga
kerna memilah mana yang perlu dan tidak
2011
Sebuah Pertanyaan
Ketika kubisikkan cinta padanya
dan berbuah pertanyaan apa yang
bisa kuberikan untuknya, seketika
saku beserta isinya yang ada di
celanaku menghilang entah
2011
Sajak Sayang
Keluarkan semua isi hatimu, mimpi,
juga keinginanmu , sayang. Akan
aku
dengarkan. Ya, cuma itu punyaku,
sayang
2011
Pernikahan Penyair
Selamat menulisi hari baru dengan puisi
2011
Ketika
Musim Meledak
Ada
kata meledakkan cuaca, lewat busur para penyair
beribu kata melesat di langit maya menembus
ke angkasa. Musim pecah menjadi hujanan
kata
Memenuhi semesta pun ruang ini
Taman seperti kunang-kunang di lengkung
penglihatan
2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar