Entri yang Diunggulkan

Di Sebuah Ranah

Saya menamainya   ranah   atau wilayah dalam arti seluas-luasnya di mana kebenaran dipersoalkan. Kebenaran dari yang mempersoalkan adalah k...

Kamis, 28 Juni 2012

Menulis Sebagai Hobi atau Profesi?


   Sanggar Sastra Tasik (SST), suatu siang, dalam sesi Jum’atan Sastra, saya sebagai peserta sempat mengungkapkan, menulis bagi saya hanyalah hobi. Kang Tatang Pahat, praktisi seni di Tasikmalaya menimpali, kalau seperti itu terlalu naïf kedudukan menulis. Mungkin maksud Kang Tatang menulis itu sejatinya profesi. Menulis itu sejatinya dielaborasi sedemikian rupa hingga layak disebut profesi sebagaimana bidang kerja lainnya.  Kang Saeful Badar yang penyair dan pimpinan di SST menambahkan tak jadi soal menulis sebagai hobi. Boleh jadi, dalam yang sedemikian lebih banyak aura ketulusan, ketimbang profesionalitas menulis yang tentunya berujung komersialisasi,
    Menulis sebagai hobi atau profesi? Ya, pertanyaan itu bagi saya seakan tak berkesudahan. Buat saya menulis seperti sebuah dunia kebetulan saja, Setelah  saya mengundurkan diri dari jurnalistik praktis (wartawan). Atas dorongan pribadi dan juga sahabat, saya mencoba belajar penulisan kreatif secara otodidak. Saya mencoba menulis esai, puisi dan cerpen dan mengirimkannya ke sejumlah media.  Menulis seperti hobi lama yang saya temukan kembali.
      Lempangkah jalan saya atau setidaknya pertama kirim tulisan langsung dimuat? Ngak juga. Sering tulisan saya tak dimuat, tapi gembiralah hati saya kalau dimuat. Meski jujur kadang saya malu juga terus-terusan selama bertahun-tahun menulis dan mengirimkan ke berbagai media seperti itu. Dan tentu saja saya pun mengharapkan honor bila tulisan saya dimuat. Sampai satu ketika saya berjumpa dengan jagat maya, ruang baru  bagi saya menyalurkan hobi:  menulis.
       Trus, menulis sebagai hobi atau profesi? Saya tak bisa pungkiri  kenyataan keseharian kepenulisan saya yang sekadar menempatkan aktivitas menulis sebagai hobi. Secara teoritis saya sadar, andai menulis melekat sebagai profesi tentu saya semaksimal mugkin, memutar akal, memperbanyak upaya dll agar  tulisan-tulisan saya bernilai jual. Hingga saya  juga bisa mengandalkan hidup dari menulis.  Nyatanya saya tidak begitu. Menulis hanyalah menulis.
       Apakah saya tidak menginginkan menulis sebagai profesi? Tentu saja saya mau sekali, tapi sampai kini, saya belum sampai ke sana.
    Mungkin berawal dari hobi, menulis belakangan ini buat saya seperti sebuah kebutuhan saja (Ari Hidayat)
       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar