Entri yang Diunggulkan

Di Sebuah Ranah

Saya menamainya   ranah   atau wilayah dalam arti seluas-luasnya di mana kebenaran dipersoalkan. Kebenaran dari yang mempersoalkan adalah k...

Jumat, 27 Januari 2012

Telepon


Telepon


.
             Teknologi komunikasi  saat ini berkembang dengan cepatnya. Komunikasi secara teknologis antarmanusia yang dulu hanya lewat telepon kabel,  kini melaju lewat penggunaan telepon selular (ponsel). Kalau di awal 90-an, ponsel masih belum memasyarakat seperti sekarang. Ketika itu, ponsel belum mengenal  kartu pascabayar dan belum tersedia fasilitas Short Message Service (SMS) atau pesan singkat. Tapi, sekarang dalam waktu yang cepat ada saja perkembangan baru dalam dunia ponsel ini.
             Bagaimanapun alat komunikasi ini telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat kita kini. Suatu komunitas yang menghendaki adanya efektivitas dan efisiensi dalam hidupnya termasuk saat berkomunikasi dengan sesamanya. Betapa tidak, kini ponsel bisa dibawa ke mana saja dan dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang menarik, seperti foto digital dan akses internet. Pengguna ponsel pun kini beragam mulai dari pejabat sampai rakyat biasa, dari mahasiswa hingga siswa SD.
              Dengan kata lain pemakaian ponsel kini sudah menjadi kebiasaan (budaya) di antara kita. Dulu di kalangan pers, budaya telepon dikenal sebagai adanya campur tangan pihak luar (tertentu) untuk menyensor atau melarang suatu pemberitaan. Tentunya, ini sangat kontradiktif dengan makna budaya itu sendiri yang sejatinya berarti positif. Kini, kebiasaan kurang baik terhadap media massa itu sudah ditinggalkan. Saya hanya ingin mengungkapkan budaya telepon dalam pengertian kebiasaan masyarakat kita dalam berkomunikasi kini yang telah menggeser cara tradisional seperti dari mulut ke mulut, korespondensi dll dengan cara baru itu. Sehingga kini dalam komunikasi sehari-hari kita sering mendengar istilah hubungi via telepon atau SMS.
              Bahkan praktisi pers dari Kompas di Koran Tribun Jabar  pernah mengatakan, budaya kerja jurnalis kini mengalami pergeseran. Cukup dengan alat komunikasi tertentu dalam genggaman dia dapat sekaligus mengirimkan berita, foto, dan video. Fenomena budaya telepon itu sesungguhnya mengikuti era konvergensi (multimedia). Suka maupun tidak suka  teknologi multimedia  diakui tak hanya memudahkan kerja jurnalis namun juga pekerjaan-pekerjaan lainnya ( dengan online).
               Hingga pada era multimedia itu pun  kita dituntut untuk mengikuti dan memanfaatkan produk-produk teknologi termasuk dalam bidang komunikasi. Pun pemanfaatan teknologi itu selaras dengan "gaya" masyarakat industri yang menuntut segalanya serbacepat, praktis, dan efisien.
           Nampaknya, dalam  silaturahim pun sebagai salah satu bentuk interaksi antarmanusia tidak jarang sekarang sudah tergantikan dengan cukup telepon saja atau hanya SMS. Korespondensi (surat-menyurat) yang dulu sempat menjadi bagian dari kehidupan kita pun sepertinya kini meluntur. Sekarang budaya surat-menyurat mungkin dianggap kuno dan hanya ada saat perlombaan saja. Namun, dalam kehidupan kini, korespondensi  praktis sudah ditinggalkan banyak orang. Ponsel dengan SMS dan fasilitas internetnya lebih menarik ketimbang dengan korespondensi itu.
               Memang kita menghendaki sesuatu yang mudah dalam hidup ini. Kita pun tidak bisa menutup mata terhadap perkembangan teknologi komunikasi itu agar kita bisa berinteraksi dengan dunia global. Meskipun teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat, namun kita saat ini masih dianggap sebagai bangsa user  belum sebagai creator.
               Oleh karena itu, seyogianya antusiasme masyarakat terhadap alat komunikasi terutama di kalangan muda membuat mereka terpacu untuk bisa berkarya seperti produsen ponsel itu (Koran Tribun Jabar). Dan nampaknya, di kita pun  upaya ke arah itu sudah ada. Misalnya, perlombaan menyangkut ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Sehingga, suatu saat kita pun bisa menghasilkan produk-produk teknologi komunikasi yang sejajar dengan Negara maju. Pemerintah pun perlu mengalokasikan dana yang memadai untuk pengembangan iptek. Jangan sampai seperti dulu, ada lembaga penelitian yang  kerja pegawainya hanya duduk membaca koran dari pagi hingga sore diselingi tidur siang. Pekerjaan seperti itu, menurut mereka karena kurangnya dana untuk riset termasuk penelitian.              
                  Selain membawa kemudahan dalam hidup,  kita pun perlu mewaspadai ekses-ekses negatif dari budaya telepon ini. Seperti, pornografi dalam ponsel, penipuan via telepon dan judi bola via SMS. Bagaimanapun, ponsel  sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat modern. Ponsel pun bisa menjadi inspirasi bagi seniman untuk berkarya seperti lagu dangdut “SMS”. (Ari Hidayat)                                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar