Telepon
.
Teknologi komunikasi saat ini berkembang dengan cepatnya.
Komunikasi secara teknologis antarmanusia yang dulu hanya lewat telepon kabel, kini melaju lewat penggunaan telepon selular
(ponsel). Kalau di awal 90-an, ponsel masih belum memasyarakat seperti
sekarang. Ketika itu, ponsel belum mengenal
kartu pascabayar dan belum tersedia fasilitas Short Message Service (SMS) atau pesan singkat. Tapi, sekarang
dalam waktu yang cepat ada saja perkembangan baru dalam dunia ponsel ini.
Bagaimanapun alat komunikasi ini
telah menjadi bagian dari gaya
hidup masyarakat kita kini. Suatu komunitas yang menghendaki adanya efektivitas
dan efisiensi dalam hidupnya termasuk saat berkomunikasi dengan sesamanya.
Betapa tidak, kini ponsel bisa dibawa ke mana saja dan dilengkapi dengan
fasilitas-fasilitas yang menarik, seperti foto digital dan akses internet.
Pengguna ponsel pun kini beragam mulai dari pejabat sampai rakyat biasa, dari
mahasiswa hingga siswa SD.
Dengan kata lain pemakaian ponsel
kini sudah menjadi kebiasaan (budaya) di antara kita. Dulu di kalangan pers,
budaya telepon dikenal sebagai adanya campur tangan pihak luar (tertentu) untuk
menyensor atau melarang suatu pemberitaan. Tentunya, ini sangat kontradiktif
dengan makna budaya itu sendiri yang sejatinya berarti positif. Kini, kebiasaan
kurang baik terhadap media massa
itu sudah ditinggalkan. Saya hanya ingin mengungkapkan budaya telepon dalam
pengertian kebiasaan masyarakat kita dalam berkomunikasi kini yang telah
menggeser cara tradisional seperti dari mulut ke mulut, korespondensi dll
dengan cara baru itu. Sehingga kini dalam komunikasi sehari-hari kita sering
mendengar istilah hubungi via telepon atau SMS.
Bahkan praktisi pers dari Kompas
di Koran Tribun Jabar pernah mengatakan, budaya kerja jurnalis kini
mengalami pergeseran. Cukup dengan alat komunikasi tertentu dalam genggaman dia
dapat sekaligus mengirimkan berita, foto, dan video. Fenomena budaya telepon
itu sesungguhnya mengikuti era konvergensi (multimedia). Suka maupun tidak suka teknologi multimedia diakui tak hanya memudahkan kerja jurnalis namun juga
pekerjaan-pekerjaan lainnya ( dengan online).
Hingga pada era multimedia itu
pun kita dituntut untuk mengikuti dan
memanfaatkan produk-produk teknologi termasuk dalam bidang komunikasi. Pun pemanfaatan teknologi itu selaras dengan "gaya"
masyarakat industri yang menuntut segalanya serbacepat, praktis, dan efisien.
Nampaknya, dalam silaturahim pun sebagai salah satu bentuk interaksi antarmanusia tidak jarang
sekarang sudah tergantikan dengan cukup telepon saja atau hanya SMS.
Korespondensi (surat-menyurat) yang dulu sempat menjadi bagian dari kehidupan
kita pun sepertinya kini meluntur. Sekarang budaya surat-menyurat mungkin
dianggap kuno dan hanya ada saat perlombaan saja. Namun, dalam kehidupan kini,
korespondensi praktis sudah ditinggalkan
banyak orang. Ponsel dengan SMS dan fasilitas internetnya lebih menarik
ketimbang dengan korespondensi itu.
Memang kita menghendaki sesuatu
yang mudah dalam hidup ini. Kita pun tidak bisa menutup mata terhadap
perkembangan teknologi komunikasi itu agar kita bisa berinteraksi dengan dunia
global. Meskipun teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat, namun
kita saat ini masih dianggap sebagai bangsa user belum sebagai creator.
Oleh karena itu, seyogianya antusiasme
masyarakat terhadap alat komunikasi terutama di kalangan muda membuat mereka
terpacu untuk bisa berkarya seperti produsen ponsel itu (Koran Tribun Jabar). Dan nampaknya, di kita
pun upaya ke arah itu sudah ada.
Misalnya, perlombaan menyangkut ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).
Sehingga, suatu saat kita pun bisa menghasilkan produk-produk teknologi
komunikasi yang sejajar dengan Negara maju. Pemerintah pun perlu mengalokasikan
dana yang memadai untuk pengembangan iptek. Jangan sampai seperti dulu, ada
lembaga penelitian yang kerja pegawainya
hanya duduk membaca koran dari pagi hingga sore diselingi tidur siang.
Pekerjaan seperti itu, menurut mereka karena kurangnya dana untuk riset
termasuk penelitian.
Selain membawa kemudahan
dalam hidup, kita pun perlu mewaspadai
ekses-ekses negatif dari budaya telepon ini. Seperti, pornografi dalam ponsel,
penipuan via telepon dan judi bola via SMS. Bagaimanapun, ponsel sudah menjadi bagian penting dalam kehidupan
masyarakat modern. Ponsel pun bisa menjadi inspirasi bagi seniman untuk berkarya
seperti lagu dangdut “SMS”. (Ari Hidayat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar