Diary
: Anna
Membaca halaman
ingatan tentangmu
serupa saja
catatan kebersamaan:
senyummu menggoda
senja, kerling matamu
nyanyian hatimu
bagaikan keindahan cengkrama
bulan dan bintang
di semesta malam
Esoknya saat ku
terjaga dari lelap tidur, kau hadir
dengan secangkir
doa, sepiring harapan di tangan
mendorongku
melahap pencarian penghidupan
keseharian
Pada pagi miliki
kita, juga tersuguhkan magnet
yang menarik
wajahku mengecup-ngecup
bibir gelas
berisi kopi bikinanmu dan tak bosan
menghirup
aromanya. Aromanya
Kini kembali
kubuka catatan harian ini dan kau
pun muncul masih
bersama senyum memikat senja
hidangan dengan aroma
paginya itu
sekaligus cerita
diam-diam tentang keindahan malam
Meski aku tetap
tergoda, tak, takkan lagi:
kubelalakkan mata
karena pesonamu
kubentangkan
kata-kata di bibir karena pesonamu
kususun
larik-larik sajak dalam hatiku sebab mengagumimu
Tak akan lagi
Aku hanya ingin
melukis setangkai merah mawar hati
dalam daun
beserta sekalian hijaunya
dalam dahan
sekalian anak-anaknya
dalam rasa yang
tak dapat terungkap lewat sejuta kata
Hanyalah
keheningan warna yang sudah bersenyawa
dalam lukisan
itu, mengisyaratkan bahasa yang ingin
selalu dan selalu
bersama terlukis dalam kanvas kehidupan
2010 – 2012
Dikerjai Puisi Melukis Kembang
Dirimu, rahasia keindahan
bulan disembunyikan
sayap-sayap mentari. Semesta pun jadi benderang
Dirimu, semilir mawar,
keindahan rupa warna
menerobos hati juga
mimpiku. Sajak pun menjadi
nyanyian keindahan
Dirimu, penghias kebisuan
ranjang, teman
menawan dalam kesenyapan
perjalanan dan keresahan
pertemuan tertunda di ruang
kosong itu. Lampu kamar pun
rebah mengalah dalam
keremangan
Dirimu, serupa buku meski
sudah sempat kubaca, tapi
menarik mataku lewat
selimut malam, hanyut dalam
tarian kontemplasi. Aku
pun nyungsep di bawahnya
membaca ulang lekuk-lekuk
pesona di lembaran-lembarannya.
Di sana , kueja indah kata, kujelajahi
gunung-gunung makna,
kuselami mutiara rasa,
dari balik kesahajaan
hadirmu
2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar