Entri yang Diunggulkan

Di Sebuah Ranah

Saya menamainya   ranah   atau wilayah dalam arti seluas-luasnya di mana kebenaran dipersoalkan. Kebenaran dari yang mempersoalkan adalah k...

Rabu, 25 April 2012

Puisi-puisi Ari Hidayat


          


Diary
 : Anna
Membaca halaman ingatan tentangmu
serupa saja catatan kebersamaan:
senyummu menggoda senja, kerling matamu
nyanyian hatimu bagaikan keindahan cengkrama
bulan dan bintang di semesta malam
Esoknya saat ku terjaga dari lelap tidur, kau hadir
dengan secangkir doa, sepiring harapan di tangan
mendorongku melahap pencarian penghidupan
keseharian
Pada pagi miliki kita, juga tersuguhkan magnet
yang menarik wajahku mengecup-ngecup
bibir gelas berisi kopi bikinanmu dan tak bosan
menghirup aromanya. Aromanya
Kini kembali kubuka catatan harian ini dan kau
pun muncul masih bersama senyum memikat senja
hidangan dengan aroma paginya itu
sekaligus cerita diam-diam tentang keindahan malam
Meski aku tetap tergoda, tak, takkan lagi:
kubelalakkan mata karena pesonamu
kubentangkan kata-kata di bibir karena pesonamu
kususun larik-larik sajak dalam hatiku sebab mengagumimu
Tak akan lagi
Aku hanya ingin melukis setangkai  merah mawar hati
dalam daun beserta sekalian hijaunya
dalam dahan sekalian anak-anaknya
dalam rasa yang tak dapat terungkap lewat sejuta kata
Hanyalah keheningan warna yang sudah bersenyawa
dalam lukisan itu, mengisyaratkan bahasa yang ingin
selalu dan selalu bersama terlukis dalam kanvas kehidupan

2010 – 2012





      
                  Dikerjai Puisi Melukis Kembang 

           Dirimu, rahasia keindahan bulan disembunyikan
           sayap-sayap  mentari. Semesta pun jadi benderang
           Dirimu, semilir mawar, keindahan rupa warna
           menerobos hati juga mimpiku. Sajak pun menjadi
           nyanyian keindahan   
           Dirimu, penghias kebisuan ranjang, teman
           menawan dalam kesenyapan perjalanan dan keresahan
           pertemuan tertunda di ruang kosong itu. Lampu kamar pun
           rebah mengalah dalam keremangan
           Dirimu, serupa buku meski sudah sempat kubaca, tapi
           menarik mataku lewat selimut malam, hanyut dalam
           tarian kontemplasi. Aku pun nyungsep di bawahnya
           membaca ulang lekuk-lekuk pesona di lembaran-lembarannya.
           Di sana, kueja indah kata, kujelajahi gunung-gunung makna,
           kuselami mutiara rasa, dari balik kesahajaan
           hadirmu

                                                                                2010
                          



Tidak ada komentar:

Posting Komentar