Tentang
Jurnalistik (1)
Saat saya mengikuti pendidikan
wartawan di Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerbitan, Yogya (LP3Y),
Redaktur Daerah kami, Khaerudin Zaman berkunjung ke Yogya. Kami peserta
pendidikan dari HU Jayakarta bertemu
di sebuah hotel di kota
pelajar itu. Dalam pertemuan itu, satu yang masih saya ingat dari beliau adalah
“petuahnya”, yakni meski sulit ketika menulis berita diupayakan dari satu paragraf ke paragraf lain dimulai
dengan kata yang baru bahkan huruf awal kata dalam alinea baru itu berbeda dari alinea
sebelumnya.
Menulis berita pada dasarnya adalah
menyusun kata-kata menjadi paragraf demi paragraf . Rangkaian alinea itu dibuat
dengan prinsip piramida terbalik. Penyusunan
data dan fakta dari yang penting diakhiri dengan paragraf yang kurang penting. Hingga
memudahkan redaktur dalam menyesuaikan
kolom atau karena keterbatasan kolom hingga paragraf-paragraf akhir itu bisa dihapus.
Bahasa media memiliki karakteristik
sendiri dan termasuk laras jurnalistik. Jenis bahasa ini sejatinya singkat, padat, lugas dan
jelas hingga mudah dipahami oleh khalayak pembacanya. Kalimat-kalimatnya ekonomis dan menarik untuk dibaca. Begitu pula
penyusunan kata-kata menjadi sebuah berita itu sejatinya tidak menjemukan bagi
pembacanya.
Untuk itu, seperti yang diungkapkan
Khaerudin Zaman buatlah paragraf demi paragraf itu dengan kata dan huruf yang berbeda agar berita
itu menjadi nikmat saat dibaca. Kalaupun sulit dan beritanya lumayan panjang
minimal setelah dua atau tiga alinea baru bisa menggunakan kata atau huruf yang
sama dengan paragraf sebelumnya itu.
Tak hanya itu, penulisan kata-kata yang terlampau sering
lebih baik dipakai padanan katanya bila memungkinkan. Penyebutan nama figure (who)
dalam berita selanjutnya bisa dituliskan dengan sesuatu yang melekat pada
sosoknya. Misalnya, jabatan lain dari seorang publik figure itu, karya-karyanya,
prestasinya dll. Hingga pembaca pun lebih lengkap pengetahuannya di samping
beritanya lebih nyaman dibaca (Ari
Hidayat)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar