Entri yang Diunggulkan

Di Sebuah Ranah

Saya menamainya   ranah   atau wilayah dalam arti seluas-luasnya di mana kebenaran dipersoalkan. Kebenaran dari yang mempersoalkan adalah k...

Selasa, 07 Agustus 2012

"Sense of News” Seorang Wartawan


Jiwa wartawan adalah rasa ingin tahu. Keingintahuan tentang suatu topik ataupun persoalan yang terjadi di sekekelingnya, dalam masyarakatnya. Berangkat dari itu, dia mencoba mengungkapkannya, dengan  mengemasnya menjadi sebuah berita lantas memublikasikannya lewat media. Dia menyampaikan pada publik realitas yang terjadi baik realitas psikologis (diperoleh lewat wawancara) maupun realitas sosial (didapat dengan observasi dll). 

Ada kaidah-kaidah (aturan) jurnalistik, ada pula perangkat-perangkat lain yang sejatinya dimiliki seorang jurnalis. Sebab bermula dari rasa ingin tahu, setelah mengetahui dengan interview (wawancara), observasi (pengamatan), dan investigasi (“penyelidikan”) ke lapangan,  pewarta yang sudah terlatih seakan bisa merasakan mana data dan fakta yang layak disebut berita, bernilai berita (sense of news).
Dalam buku-buku jurnalisme disebutkan kelayakan berita karena yang dipublikasikan itu mengandung nilai  proximity (kedekatan), prominence (keterkenalan). magnitude (berdaya tarik besar), Sedangkan tentang berita itu sendiri pada intinya dikategorikan menjadi berita langsung (straight news), news analysis (interpretative news), investigative news, dan berita khas (feature) termasuk pula laporan perjalanan jurnalistik.

Cobalah kita mengamati berita yang bertebaran di media, bandingkan dengan pengetahuan jurnalisme yang pernah kita pelajari. Suatu berita disusun oleh prinsip piramida terbalik (paragraf demi paragrafnya disusun mulai dari informasi yang penting ke yang kurang penting). Alinea pertama disebut teras berita mengandung informasi yang paling penting. Judul berita diambil/diolah dari teras berita itu. Tentu, unsur 5 W = who (siapa), what (apa), why (mengapa), when (kapan), where (di mana), dan how (bagaimana) sudah dimasukkan dalam menyusun berita. Unsur berita itu bisa pula dimulai dengan when atau why dulu dst. Jadi bersifat fleksibel (luwes).
 
Wartawan menyampaikan fakta. Dia tidak memasukkan pendapat pribadi (opini) dalam berita (andai hendak beropini ada kolomnya dalam Tajuk Rencana atau Rubrik Opini). Dia tidak memutarbalikkan fakta, memelintir, apalagi seperti mengarang-ngarang sebuah cerita yang sesungguhnya tidak terjadi dalam masyarakatnya. Jadi katakanlah dia bukan sedang membuat artikel/esai maupun mengarang cerita pendek (cerpen).  Dia melakukan cek dan ricek, berimbang dalam pemberitaannya (chek and balance), dan menjaga netralitas dan tetap berpihak pada kepentingan publik.

Kepekaan akan berita seperti itu perlu, hingga wartawan bukan hanya memberitakan berita yang sekadar berita. Jadi tidak terpaku pada kegiatan seremonial atau siaran pers (press release) semata sebagai bahan beritanya. Dalam acara seperti itu, yang dihadiri oleh tokoh penting, pejabat pemerintahan juga narasumber berkompeten lainnya, justu merekalah yang ditunggu-tunggu untuk dimintai keterangan menyangkut suatu persoalan yang kebanyakan mengenai topik aktual. Bahkan masalah-masalah yang terjadi dalam masyarakatnya. Sensivitas seorang wartawan dalam makna positif seperti itu perlu dijaga, dipelihara, dan dikembangkan.

Karena wartawan itu profesi ada kaidah-kaidah standar yang perlu dipelajari dulu secara praksis (dalam kerja praktisnya). Semacam teori-teori dasar jurnalistik. Kode etik profesi, peraturan perundangan yang berkaitan dengan media dan informasi. Memperluas dan memperdalam pengetahuannya termasuk pengetahuan umum juga bahasa asing, khususnya bahasa Inggris (Ari Hidayat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar