Entri yang Diunggulkan

Di Sebuah Ranah

Saya menamainya   ranah   atau wilayah dalam arti seluas-luasnya di mana kebenaran dipersoalkan. Kebenaran dari yang mempersoalkan adalah k...

Rabu, 22 Januari 2014

Dari Pengajian


Ada kisah-kisah menarik, terutama bagi saya, saat mendengarkan apa yang disampaikan ustaz ketika bertausyiah dan acara itu sempat saya hadiri beberapa tahun lalu . Tentunya di masjid yang letaknya tak jauh dari rumah saya. Meskipun sayangnya saya lupa nama-nama  ustaz itu (mohon maaf untuk ini).  Yang jelas, kisah-kisah yang disampaikan beliau hingga kini masih  membekas dalam ingatan saya
Kisah pertama tentang kecerdasan  sekaligus kecerdikan salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW, Sayidina Ali bin Abi Thalib ra. Diriwayatkan saat Nabi hendak menikahkan putri  beliau, Sayyidah Fatimah, Rasulullah SAW menginginkan putrinya  menikah dengan salah seorang dari sahabat yang empat ( Abubakar Assyiddiq ra, Umar bin Khatab ra, Utsman bin Affan ra dan Ali bin Abi Thalib ra). Baginda Rasul menyampaikan niatnya  ke sahabat yang empat . Tentunya harus salah seorang dari mereka yang akan menikahi putri beliau. Hingga Nabi pun menyampaikan kepada keempat sahabat itu untuk membaca  Alquran higga khatam (tamat). Siapa yang paiing cepat tamatnya membaca kitab suci,  dia yang berhak menikahi Fatimah.
Singkatnya  berlangsunglah pembacaan Alquran itu. Nabi mengawasi dengan menengok ke masjid tempat pembacaan  Alquran itu diadakan. Beliau melihat keempat sahabatnya masih membaca kitab suci. Kali kedua Muhammad SAW kembali menengok, Rasulullah terkejut, tinggal Abu Bakar, Umar,dan  Utsman yang masih membaca Alquran, “Ke mana Ali?’ tanya Muhammad dalam hati. Nabi berusaha mencarinya  dan bertemu dengan Ali di sebuah tempat. Kepada  Ali,  Nabi menanyakan alasan dia  meninggalkan acara itu. Sayidina Ali ra menjawab singkat,” Baginda Rasul, saya sudah khatam,” katanya
Rasulullah heran bagaimana mungkin sedang sahabat yang lain masih membaca (tentunya Nabi tahu baru sampai surat ke berapa di antara ketiga sahabatnya ketika membaca Alquran)
“Bagaimana mungkin Ali?” tanya Rasulullah lebih lanjut.
Ali menjawab, “ Memang saya tidak membaca semuanya. Saya hanya membaca surat Al-Ikhlas tiga kali. Bukankah  Baginda Rasul pernah berkata itu sama pahalanya dengan khatam membaca Alquran, “ jelasnya.
Muhammad pun tersenyum dan kisahnya, menurut ustaz itu,  Ali-lah sebagai  “pemenangnya” hingga akhirnya menikah dengan Fatimah ra.
Riwayat kedua dikisahkan oleh ustaz lain, tentang keluarga Lukman (dalam Alquran ada salah satu surat bernama Surat Lukman), Kata ustaz itu, suatu ketika Lukman bersama anaknya menempuh perjalanan  dengan onta. Lukman bertanya pada anaknya siapa yang akan duduk di depan mengendalikan onta dan siapa yang di belakangnya. Anaknya sigap menjawab dia saja dan bapaknya biar di belakang saja.
Di perjalanan mereka mendepar ucapan-ucapan orang,  “Wah bapaknya kelewatan, menyusahkan anaknya,  sampai ontanya pun harus dikendalikan sama anaknya.”
Setelah bermusyawarah dengan anaknya,  kendali onta pun diganti  (Lukman yang di depan dan anaknya di belakang)
Perjalanan pun dilanjutkan,  mereka mendengar lagi ucapan orang-orang, “Kini anaknya yang tak tahu diri,  merepotkan bapaknya  sampai ontanya dikendalikan  bapaknya.”
Lukman bermusyawarah lagi dengan anaknya hingga sepakat mereka berdua menuntun onta dan mereka  berjalan kaki. Bapak dan anak itu pun melanjutkan perjalanan. Masih didengar ucapan sejumlah orang.  “Wah sekarang anak dan bapaknya sama bodohnya onta saja sampai dituntun tidak dikendarai.”
Kata ustaz yang berceramah di Masjid Baetul Falah, Gunungsari, Kota Tasikmalaya itu, “Begitulah anakku kalau kita mendengar ucapan orang," katanya. Lukman hanya mengatakan itu kepada anaknya sesampainya di tujuan perjalanan. * **

Tidak ada komentar:

Posting Komentar